Foto: DetikFinance
Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengkalkulasi dampak perdagangan bebas bilateral secara komprehensif antara Indonesia-Korea Selatan (Korsel). Kedua negara sedang melakukan penjajakan kerjasama yang diberinama Indonesia –Korea Comprehensive Economic Partnertship Agreement (IK-CEPA).
Perundingan IK-CEPA tahap pertama telah berlangsung pekan lalu. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Ketua Tim Perundingan Indonesia untuk IK-CEPA, Sahala Lumban Gaol, sementara delegasi Korea Selatan dipimpin oleh Kim Young-Moo, Ketua Tim Perunding Republik Korea untuk IK-CEPA.
"Kita inginkan tetap diperhatikan kepentingan Indonesia," kata Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari kepada wartawan saat ditemui di Kemenperin, Jakarta (17/07/12).
Ansari menjelaskan inti dari FTA adalah membuka akses pasar, yang kedua adalah membangun kerjasama termasuk kerjasama teknologi dan kerjasama investasi.
"FTA juga harus memperhatikan arah-arah kebijakan ekspor kita kesana, bisa atau tidak, Korea menjadi salah satu tujuan ekspor Indonesia," katanya.
Pemerintah Indonesia akan coba mengkaji potensi yang kuat bagaimana nantinya Korea dijadikan bidikan ekspor Indonesia. Kerjasama ini juga harus memberikan manfaat pada Indonesia.
"Di Tanah Air, Korsel adalah salah satu investor besar dalam bidang tekstil dan alas kaki sekarang mereka juga masuk di besi baja dan petrokimia," lanjutnya.
Ansari menegaskan jika Korea menanamkan investasi untuk tekstil di Indonesia maka mau tidak mau mereka harus membuat pabrik di Indonesia dan itu berarti adanya serapan tenaga kerja yang menguntungkan untuk Indonesia.
"Indonesia tetap harus dijadikan basis produksi, potensi kita adalah menarik mereka untuk berinvest di Indonesia," pungkas Ansari
Menurut data pemerintah. Indonesia adalah negara terbesar kedelapan yang melakukan perdagangan dengan Korea Selatan. Nilai perdagangan bilateral mencapai US$ 30,7 miliar pada 2011.
Pengiriman Korea Selatan ke Indonesia naik 52,4% menjadi US$ 13,56 miliar tahun lalu, dengan perolehan impor dari negara Asia Tenggara mencapai 23,1% menjadi US$ 17,21 miliar.
Kedua negara telah membentuuk Pembentukan Joint Study Group (JSG). Berdasarkan hasil JSG disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan liberalisasi high sensitive list dan sensitive list dalam ASEAN-Korea FTA saja, Indonesia-Korea CEPA akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan sebesar US$ 7,97 juta dan peningkatan PDB sebesar 0,03 % bagi Indonesia. Sementara Korea akan mengalami peningkatan kesejahteraan sebesar US$ 1,5 miliar dengan pertumbuhan PDB sebesar US$ 0,13%.
Hasil studi bersama itu juga, menyimpulkan dengan mempertimbangkan peningkatan produktivitas dari beberapa sektor utama dalam kerangka CEPA termasuk trade in goods, trade in services, investment dan economic cooperation, maka Indonesia akan memperoleh peningkatan kesejahteraan sebesar US$ 10,6 miliar dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,37%.
Rencananya hasil JSG Indonesia-Korea juga akan disosialisasikan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan di beberapa daerah provinsi di Indonesia.
(hen/hen)
Sumber: DetikFinance
No comments:
Post a Comment