Jakarta - Pertumbuhan bisnis properti membawa dampak
positif bagi pengembang. Dari seluruh unit yang ditawarkan, khususnya
segmen menengah atas, laris diserbu konsumen. Cara pembayaran tunai pun
kini lebih banyak, dibandingkan kredit pemilikan rumah (KPR).
Pembayaran tunai diakui Marketing Manager PT Intiland Development Tbk (DILD), Hammy Sugiharto. "Memang industri properti sedang bomb dan paling banyak yang membeli unit properti dengan cara cash," kata Hammy di Lebak Bulus, Jakarta, Rabu (13/6/2012).
Hal
ini dialami Hammy dalam pemasaran Serenia Hills. Unit perumahan premium
ini telah terjual 134 unit dari total 225 unit yang tersedia. Padahal
harga yang dibanderol untuk rumah ini cukup tinggi, Rp 2,2 miliar untuk
tipe terkecil.
"Dari yang sudah terjual lebih banyak bayar cash
dan cash bertahap. Rata-rata pembeli adalah warga sekitar Karang Tengah,
termasuk warga di Vila Delima," tambah Hammy.
Diketahui,
Serenia Hills berada di areal 10 ha dan terletak di belakang perumahan
Vila Delima. Lahan ini dilepas pengembang Vila Delima dari grup Gajah
Tunggal dan kini dikembangkan Intiland.
Menurutnya, Jakarta
Selatan menjadi incaran konsumen berkantong tebal. Lebak Bulus hingga
Tangerang Selatan menjadi opsi tinggal masyarakat selain di wilayah
Pondok Indah atau Menteng.
"Sekarang kalau kita lihat, Pondok
Indah harganya sudah mencapai Rp 9 miliar. Demand-nya jauh melebihi
supplainya. Jadi kami anggap Selatan jadi alternatif," paparnya.
"Yang beli kami lihat masyarakat sekitar, yang beli untuk anaknya," tegas Hammy.
(wep/ang) Whery Enggo Prayogi - detikfinance
No comments:
Post a Comment