Monday, June 4, 2012

Takut Tak Laku, Pengembang Hindari Jual Rumah Berangka 'Keramat'

Jakarta - Pengembang properti di Indonesia sangat memperhatikan keinginan konsumen, termasuk dalam hal-hal yang di luar nalar.

Meskipun tak semua, namun kenyataanya apartemen maupun perumahan yang ditawarkan konsumen banyak menghindari angka-angka yang dianggap 'tak baik' seperti angka 4 dan angka 13 dan angka lainnya.

Menurut Anton salah satu tenaga pemasaran Perumahan Puri Bali garapan Wika Realty, di Sawangan, Depok, pertimbangan pengembang lebih pada aspek marketing. Pengembang tak mau mengambil risiko menjual properti tak laku cuma hanya masalah penomoran blok rumah atau apartemen.

"Biasanya konsumen juga mempertimbangkan soal nomor rumah. Seperti angka 13 yang di anggap angka sial atau setan. Kalau angka 4 dalam bahasa China (tsi) yang berarti mati. Jadi, developer juga tidak mau ambil risiko rumah tidak bisa laku hanya gara-gara masalah nomor rumah saja. Makanya nomor-nomor itu ditiadakan atau diganti," kata Anton kepada detikFinance, Minggu (3/6/2012).

Ia menambahkan sebagai pengembang, pihaknya sangat beorientasi apa yang diinginkan konsumen. Namun ia menegaskan, tidak semua rumah yang dikembangkan oleh Wika Realty termasuk Puri Bali meniadakan angka-angka itu.

"Untuk masalah nomor rumah, mulai dari blok H atau jimbaran, sebelumnya tidak ada masalah. Ada beberapa konsumen yang bertanya detil tentang angka, posisi rumah, arah rumah dan lain-lain. Karena menurut mereka, itu semua berhubungan dengan rejeki, kesehatan dan lain-lain. Biasanya konsumen yang seperti itu, orang-orang keturunan," jelas Anton.

Sementara itu pakar Feng Shui Suhu Yo menambahkan selain angka-angka yang dianggap sial atau jelek seperti 4 dan 13, ada banyak lagi yang menjadi tabu bagi pengembang maupun konsumen. 

Ia mencontohkan rumah yang berada di posisi timbangan pun menjadi hal yang dianggap tak baik. Posisi timbangan adalah rumah yang nomor urutnya ganjil dan ada di tengah-tengah atau diapit oleh rumah sekitarnya. Misalnya deretan rumah dalam satu blok berjumlah 9 unit, maka rumah yang masuk katagori rumah timbangan adalah rumah No 5, karena diapit kanan dan kiri oleh 4 rumah.

"Angka 4 sulit laku dan 13 takut sial. Rumah timbangan juga jarang ada, yang persis di tengah kiri 4 rumah, di kanan 4 rumah," kata Suhu Yo.

Mengenai rumah timbangan, menurutnya dipercaya akan membawa tidak baik. Misalnya kalau rumah toko (ruko) akan mudah bangkrut bagi pemilik yang menjalankan usaha, begitu juga kalau rumah pun dianggap tak baik.

"Tapi yang tahu soal ini cuma 25%. Termasuk pengembang pun belum tahu semua," katanya.




(hen/wep) Suhendra - detikfinance

No comments:

Post a Comment