Monday, June 25, 2012

AEI: Jumlah Investor Malaysia Kalahkan RI


VIVAnews - Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) prihatin dengan minimnya jumlah Investor Indonesia. Angkanya bahkan jumlah di bawah investor lokal di Malaysia. Dengan penduduk Malaysia sekitar 28 juta jiwa, jumlah investor lokalnya mencapai 10 juta.

"Investor lokal kita cuma berapa ratus ribu, dari dulu tidak naik-naik. Padahal, jumlah penduduk kita 230 juta," kata Direktur Eksekutif AEI, Isaka Yoga dalam diskusi bersama wartawan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin 25 Juni 2012.

Selain jumlah investor, jumlah emiten Malaysia juga jauh lebih banyak dibanding Indonesia yang hanya sekitar 441 emiten. Padahal, jumlah emiten ini seharusnya berpotensi membengkak. Namun, yang berminat  go public atau menerbitkan saham perdana (initial public offering/IPO) masih sedikit.

Untuk itu, Isaka menyayangkan langkah pemerintah yang tidak memberikan insentif dan dorongan agar perusahaan-perusahaan RI go public. Selain itu, ia mempertanyakan, perusahaan anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia seharusnya juga didorong untuk listing di pasar modal. "Apakah mereka mau memahami aturan pasar modal," kata dia.

Saat ini perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, terutama perusahaan asing sebagian besar juga belum listing di Bursa Efek Indonesia.
Menurutnya, imbauan untuk mencatatkan saham perusahaan tambang asing itu bukan berada di otoritas pasar modal, tetapi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Dengan penambahan emiten dia yakin akan menambah investor lokal di pasar modal. Untuk itu, pemerintah seharusnya melakukan kampanye pentingnya investasi dengan menjadi investor lokal di pasar modal.

"Seharusnya sudah kampanye investor lokal seperti kampanye KB (Keluarga Berencana), kampanye menabung. Kita belum pernah kampanye, makanya penambahan sedikit," ujarnya.

 Isaka juga menuturkan, pencanangan Asean Economic Community (AEC) pada 2015 dapat memperbanyak saham tidur di pasar modal Indonesia. Saat ini saja, meski belum diterapkan, sudah banyak saham tidur yang ada di pasar modal Indonesia.

"Saham tidur menjadi suatu ancaman tersendiri, karena saat ini saham tidur juga sudah banyak. Bisa dilihat pada transaksi di BEI setiap harinya, di mana saat ini yang ditransaksikan hanya beberapa puluh saham dari sekitar 400-an emiten yang ada di Indonesia," ujarnya.
AEC pada 2015 akan menjadi kesempatan bagi emiten asing masuk ke pasar modal Indonesia dengan kualitasnya yang lebih bagus. Hal itu, tentunya akan menjadi ancaman, karena investor kemungkinan akan memilih trading di saham emiten dari negara lain.

Dalam persiapan menuju AEC 2015 ini, seyogyanya otoritas pasar modal Indonesia lebih protektif. Jangka waktu dua tahun yang dimiliki itu seharusnya menjadi kesempatan meningkatkan kualitas bursa dan saham di sini, agar emiten Indonesia mampu bersaing.

"Hal-hal seperti ini yang mungkin kita perlu pikirkan, kita masih punya dua tahun lagi," tegasnya. (umi)


sumber : vivanews.com

No comments:

Post a Comment